BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perekonomian saat ini telah berkembang dengan
pesat, seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) yang semakin canggih. Sehingga persaingan antar perusahaan menjadi
semakin ketat.
Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa maupun
perusahaan manufaktur pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba
atau keuntungan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah karena
hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan perusahaan harus mampu untuk
menangani faktor-faktor tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu
mengenai masalah kelancaran produksi. Masalah produksi merupakan masalah yang
sangat penting bagi perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
laba yang diperoleh perusahaan. Apabila proses produksi berjalan dengan lancar
maka tujuan perusahaan dapat tercapai, tetapi apabila proses produksi tidak
berjalan dengan lancar maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Sedangkan
kelancaran proses produksi itu sendiri dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
bahan baku yang akan diolah dalam produksi.
Perusahaan manapun baik perusahaan jasa
ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya
persediaan para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada
suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya.
Hal ini bisa saja terjadi karena tidak
selamanya barang-barang atau jasa-jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti
pula bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang
seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan sangat penting untuk setiap perusahaan
baik yang menghasilkan suatu barang maupun jasa.
Salah satu fungsi manajerial yang sangat
penting adalah sistem pengendalian persediaan. Dengan tersedianya persediaan
bahan baku maka diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi
sesuai kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu, dengan adanya persediaan
bahan baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar
kegiatan produksi/ pelayanan kepada konsumen perusahaan dan dapat menghindari
terjadinya kekurangan bahan baku.
Atas dasar inilah, maka saya melakukan
observasi/ PKL dengan judul Perlunya Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku
di PT ATEJA TRITUNGGAL.
1.2
Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul laporan yang saya ambil,
maka rumusan masalah yang dapat saya utarakan adalah:
1.
Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan
baku di PT ATEJA TRITUNGGAL?
2.
Mengapa sistem pengendalian persediaan bahan
baku diperlukan?
3.
Permasalahan apa yang terjadi bila perusahaan
tidak melakukan pengendalian persediaan dan bagaimana cara mengatasinya?
1.3
Maksud dan Tujuan
Laporan
1.3.1
Maksud Laporan
Maksud dari penulisan laporan ini adalah
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaiakan program studi D3 jurusan
Manajemen Administrasi Akuntansi di ASM Ariyanti.
1.3.2
Tujuan Laporan
Adapun tujuan dari
penulisan laporan ini adalah:
1.
Untuk mengetahui sistem pengendalian
persediaan bahan baku di PT ATEJA TRITUNGGAL.
2.
Untuk mengetahui perlunya sistem pengendalian
di PT ATEJA TRITUNGGAL
3.
Untuk mengetahui permasalahan yang timbul jika
perusahaan tidak melakukan pengendalian persediaan dan cara mengatasinya.
1.4
Kegunaan Laporan
Kegunaan laporan ini
secara langsung melibatkan tiga pihak, yaitu:
1.
Bagi perusahaan : sebagai masukan untuk kelancaran produksinya.
2.
Bagi penulis :
untuk dapat membandingkan antara teori dan praktek sistem pengendalaian
persediaan yang berlaku di PT ATEJA TRITUNGGAL.
3.
Bagi ASM ARIYANTI : sebagai referensi perpustakaan.
1.5
Metode dan Teknik
Pengumpulan Data
1.5.1
Metode Pengumpulan
Data
Dalam menyusun laporan
ini, metode pengumpulan data yang saya gunakan adalah deskriptif.
Dimana saya hanya menjabarkan dalam bentuk laporan, perlunya sistem
pengendalian persediaan bahan baku di PT ATEJA TRITUNGGAL tanpa melakukan penelitian.
1.5.2
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk menyusun laporan
ini, teknik yang saya gunakan adalah teknik observasi yaitu terjun langsung ke
lapangan yang didukung oleh wawancara dan studi kepustakaan Kegiatan ini
dimulai dari menghimpun data- data persediaan, mengolah data yang telah
terhimpun, membahas data tersebut dan kemudian menyimpulkan secara khusus.
1.6
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan PKL
1.6.1
Waktu
Pelaksanaan
Adapun
waktu pelaksanaan kegiatan observasi untuk menyusun laporan ini sampai selesai,
berikut disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 1.1 Waktu Pelaksanaan
1.6.2
Tempat
Pelaksanaan
Tempat
pelaksanaan observasi adalah PT ATEJA TRITUNGGAL, Jl Raya Batujajar KM 2.8 Ds.
Laksana Mekar Padalarang, Bandung Barat 40561. Telp. (022)6866322, Fax
(022)6866320, E-mail: ateja@ateja.co.id,
Web: www.ateja.co.id.
BAB
II
DATA
DAN LANDASAN TEORI
2.1 DATA PT ATEJA TRITUNGGAL
2.1.1 Sejarah
PT ATEJA TRITUNGGAL
PT
ATEJA TRITUNGGAL berdiri di Bandung pada tahun 1974. PT ATEJA TRITUNGGAL didirikan
oleh Bapak Subianto Tjandra. Sebagai presiden direktur sekaligus pendiri
perusahaan, beliau telah menciptakan sebuah perusahaan yang menjadi salah satu
pelopor yang memproduksi kain interior berkualitas ekspor. PT ATEJA TRITUNGGAL
terletak di Jl Batujajar Km 2.8 Desa Laksana Mekar, Padalarng- Bandung Barat.
Untuk meningkatkan kinerja dan hasil
produksi yang maksimal serta mengembangkan pasar internasional, PT ATEJA
TRITUNGGAL juga membina hubungan baik dan kerjasama secara teknis dengan
perusahaan tekstil terkemuka di Jepang, Kawashima Textile Manufacturer, Ltd. PT
ATEJA TRIRUNGGAL mendapatkan beberapa sertifikasi standarisasi internasional
dan berbagai penghargaan nasional maupun internasional, serta secara regular
melakukan ekspor ke lebih dari 55 negara di dunia.
2.1.2 Struktur Organisasi PT ATEJA TRITUNGGAL
Sebagaimana layaknya organisasi, PT ATEJA
TRITUNGGAL sebagai perusahaan yang cukup terbilang besar memiliki struktur
organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
Adapun struktur organisasi yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut:
2.1.3 Uraian Tugas PT ATEJA TRITUNGGAL
PT ATEJA TRITUNGGAL menjalankan
produksi dengan mengerahkan tenaga kerja yang handal dan bertanggung jawab.
Mulai dari jabatan yang paling tinggi sampai pada karyawan atau buruh, semuanya
di seleksi sebelum akhirnya terjun ke dunia kerjanya. Secara garis besar,
uraian tugas dari masing- masing pemegang jabatan adalah sebagai berikut:
1.
President Director
(Direktur Utama)
Direktur
utama sekaligus pendiri PT ATEJA TRITUNGGAL adalah kepala dari semua pemegang
jabatan. Direktur utama hanya mengawasi jalannya perusahaan.
2.
Executive Director
(Direktur Eksekutif)
Direktur
eksekutif berada di bawah pemimpin utama. Pertanggung jawaban seluruh pekerjaan
ada di tangannya. Ia yang akan melaporkan jalannya perusahaan kepada direktur
utama.
3.
Director Secretary
(Sekretaris Direktur)
Sekretaris
direktur merupakan penghubung antara pejabat- pejabat plant kepada direktur.
Sebelum menemui direktur, pejabat- pejabat terlebih dahulu menghubungi
sekretarisnya. Sekretaris juga bertugas memegang arsip- arsip dan skedul kerja
direktur. Ia adalah orang yang selalu mengingatkan direktur apabila ada
pertemuan- pertemuan di dalam atau pun di luar perusahaan.
4.
HRD
HRD (Human Resource
Department) yaitu bagian pemberdayaan manusia dalam hal ini tenaga kerja adalah
departemen yang bertugas melakukan penyeleksian karyawan dan pelatihan kerja
terhadap mereka. Bagian ini mengurusi kinerja karyawan dari tingkah laku, moral
dan kedisiplinan.
5.
Plant Manager (Manajer
Produksi)
Manajer produksi adalah
pemimpin yang mengawasi jalannya perusahaan secara langsung di lapangan.
Pemimpin ini membawahi bagian- bagian yang berkaitan langsung dengan produksi,
meliputi:
1.
Product Development : bagian produksi
2.
Technical Engineering : bagian teknik/ mesin
3.
Finishing : bagian akhir
suatu produksi
4.
QCD : bagian
kontrol kualitas produksi
5.
PPIC : bagian
daministrasi di tiap bagian
2.1.4 Subjek- Subjek Laporan
2.1.4.1 Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT
ATEJA TRITUNGGAL
PT ATEJA TRITUNGGAL dalam
mengendalikan persedian bahan bakunya menggunakan persediaan sistem batas dan
metode penyimpanan sistem FIFO.
1.
Persediaan Sistem Batas
Persediaan bahan baku di perusahaan ini selalu dicatat
batas maksimal dan batas minimumnya. Batas maksimal dan minimum persediaan
bahan bakunya adalah dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Batas Minimum dan Batas Maksimal
Persediaan Bahan Baku PT ATEJA TRITUNGGAL
2.
Penyimpanan Sistem FIFO
Selain itu, dalam mengendalikan
persediaan bahan bakunya, PT ATEJA TRITUNGGAL menerapkan sistem penyimpanan
metode FIFO (First In First Out) yaitu setiap bahan baku yang pertama masuk
harus pertama keluar. Hal ini bertujuan untuk mencegah bahan baku dari
kerusakan dan mempermudah untuk pengeluaran barang.
2.1.4.2 Perlunya Sistem Pengendalian Persediaan Bahan
Baku di PT ATEJA TRITUNGGAL
Sistem pengendalian persedian bahan
baku yang berlaku di PT ATEJA TRITUNGGAL sangat membantu perusahaan ini dalam
menjalankan produksinya. Hal ini, terjadi karena beberapa faktor yang sangat
berpengaruh penting, antara lain:
1.
Persediaan bahan baku
perusahaan ini didatangkan dari luar negeri, sehingga pemesanan dan pemenuhan
persediaan ini tidak mudah dilakukan.
2.
Orderan barang dari
perusahaan lain datang sewaktu- waktu, sehingga stok persediaan harus benar-
benar ada untuk menutup kemungkinan keterlambatan produksi karena pemesanannya
yang jauh.
3.
Dalam setiap produksi,
PT ATEJA TRITUNGGAL menghabiskan bahan baku yang cukup banyak.
2.1.4.3 Permasalahan yang Terjadi Bila PT ATEJA
TRITUNGGAL tidak Melaksanakan Sistem Pengendalian Persediaan dan Cara
Mengatasinya
1. Permasalahan yang Terjadi
Walaupun sistem pengendalian
persediaan bahan baku sudah lama dijalankan di PT ATEJA TRITUNGGAL, namun
kesalahan masih saja terjadi. Seperti yang pernah terjadi di bagian gudang
bahan PT ATEJA TRITUNGGAL. Suatu waktu bagian gudang bahan tidak memperhatikan
jumlah persediaan yang ada dalam gudang. Jumlah bahan baku yang ada kurang dari
batas minimum. Akibatnya timbul masalah yang membuat perusahaan tidak
menjalankan produksinya. Masalah ini menimbulkan:
1.
Kerugian perusahaan
akibat tidak jalannya produksi, sementara upah karyawan produksi tetap harus
dibayar.
2.
Keterlambatan
penyelesaian pesanan pelanggan yang mengakibatkan komplain dari mereka.
3.
Terganggunya aktifitas
bagian pembelian, karena secara mendadak harus segera membuat surat order
pembelian.
Ketika persediaan
melebihi batas maksimal, perusahaan juga mengalami kerugian yaitu tertanamnya
banyak dana di perusahaan sehingga tidak dapat diputar untuk digunakan menutup
keperluan lain
Dalam buku laporan
gudang bahan pada bulan September 2012, perusahaan ini mengalami kerugian
akibat rusaknya benang jenis cotton. Setelah diselidiki ternyata benang
tersebut berjamur. Ternyata, terdapat kesalahan pemberian label pada benang,
sehingga benang ini tidak dipergunakan lebih dulu.
2. Cara Mengatasi Permasalahan
Tidak dilaksanakannya sistem
pengendalian persediaan bahan baku menimbulkan kerugian yang sangat berarti
bagi PT ATEJA TRITUNGGAL. Perusahaan tentunya tidak mau bila hal ini terulang
kembali. Maka untuk itu, perusahaan membuat kebijakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut, antara lain adalah:
1.
Menetapakan batas
minimum dan batas maksimal persediaan sebagai SOP.
2.
Memeriksa dengan benar
keluar masuknya persediaan bahan baku di gudang.
3.
Mencatat saldo, bahan
yang masuk, dan bahan yang keluar dalam kartu persediaan.
4.
Menjaga gudang
penyimpanan bahan baku benar- benar aman dari kelembaban udara, kebakaran,
pencurian, dan hal yang tidak diinginkan lainnya.
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1 Sistem Pengendalian Persediaan
Menurut Prawirosentono
(2001:88), “persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan
dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah
jadi dan barang dalam proses.”
Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi didalam
organisasi yang terus-menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban
atas pengelolaan bahan baku dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan
suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang
mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan, pengawasan
bahan meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan. (Supriyono,1999:400)
Sebagai kesimpulan, pengendalian persediaan adalah aktivitas
mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk
barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada
produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa
pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga
tidak memerlukan persediaan.
Setiap perusahaan
mempunyai cara-cara yang berbeda dalam pelaksanaan persediaan bahan bakunya.
Cara atau sistem pengendalian persediaan bahan baku merupakan tindakan yang
sangat penting untuk menghitung berapa jumlah persediaan bahan baku yang harus
tersedia serta kapan harus mulai mengadakan pemesanan kembali. Menurut Rangkuti,
Freddy (1996:19) cara persediaan bahan baku yang dapat dipakai antara lain :
1. Metode analisis ABC
2. Metode pengawasan persediaan
3. Persediaan dalam kondisi tidak tentu
dan ada pemesanan kembali.
4. Persediaan dalam
kondisi tidak tentu dan tidak ada pemesanan kembali.
5. Sistem persediaan just in time
Pendapat lain
dikemukakan oleh Asyari, Agus mengenai sistem pengendalian persediaan yang
sering digunakan perusahaan, yaitu :
1. Persediaan sistem batas
2. Persediaan sistem kotak
3. Persediaan sistem visual
Lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
1.
Persediaan sistem
batas
Manajemen yang memakai
cara ini akan menentukan besarnya batas minimal dan batas maksimal dari
persediaan bahan baku yang dupergunakan dalam perusahaan. Persediaan bahan baku
yang ada dapat dilaksankan secara periodik di dalam jangka waktu tertentu
misalnya, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan seterusnya.
2.
Persediaan sistem kotak
Persediaan ini tidak
mengenal periode pemeriksaan kembali, oleh karena itu persediaan bahan baku ini
akan langsung terlihat di dalam kotak yang dipergunakan sebagai tempat
penyimpanan bahan baku. Dengan cara ini pembelian bahan baku akan dilakukan
bila jumlah bahan baku di dalam kotak yang dipergunakan sebagai tempat
persediaan bahan baku telah mencapai batas waktu tertentu.
3.
Persediaan sistem visual
Persediaan visual
merupakan suatu persediaan bahan baku dengan jalan mempergunakan kartu
pengeluaran bahan yang berbeda. Dengan cara ini manajemen dapat mengetahui
tingkat persediaan yang ada cukup dengan melihat warna dari warna kartu
pengeluaran bahan yang dikeluarkan.
2.2.2 Perlunya
Sistem Pengendalian Persediaan
Menurut Handoko
(2000), bila perusahaan menamankan terlalu banyak dananya dalam persediaan,
menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “Opportunity
Cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih
menguntungkan”. Sebaliknya, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang
cukup dapat mengakibatkan biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Perlunya sistem
pengendalian persediaan bahan baku diberlakukan karena mengingat pentingnya
persediaan. Persediaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam peranannya di
dunia usaha. Adapun fungsi-fungsi persediaan menurut Handoko, Hani (1999;335)
yaitu :
1.
Fungsi Decoupling
Persediaan bahan
mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada pengadaannya
dalam kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan
agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaaan terjaga
kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaaan
produk yang tidak pasti dari pelanggan. Persediaan dapat digunakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperlirakan
sebelumnya atau diramalkan disebut juga dengan fluktuation stock.
2.
Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan
persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya - sumber daya
dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan “lot
size“ ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan, karena
perusahaan membeli dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang
timbul karena besarnya persediaan.
3.
Fungsi Antisipasi
Persediaan memilki
fungsi antisipasi terhadap fluktuasi pelanggan atau konsumen yang tidak dapat
diramalkan berdasar pengalaman-pengalaman masa lalu atau permintaan musiman
(seasional inventories). Karena perusahaan sering menghadapi ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode
tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut
persediaan pengaman (safety stock).
Menurut Warouw, Maudy
(1997:477), elemen yang harus ada untuk menmdukung pengendalian yang baik atas
persediaan adalah:
1.
Perhitungan persediaan secara fisik dilakukan
paling tidak satu tahun sekali, apapun sistem yang digunakan.
2.
Menyimpan persediaan dengan baik, untuk
menghindarkan persediaan dari pencurian, kerusakan atau karat.
3.
Membeli persediaan sesuai ketentuan/ kebijakan
masing- masing manajemen.
4.
Membuat prosedur pembelian, penerimaan, dan
pengiriman yang seefektif mungkin.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Sistem Pengendalian
Persediaan Bahan Baku PT ATEJA TRITUNGGAL
Masing- masing perusahaan memiliki asumsi yang
berbeda dalam pengambilan kebijakan pemberlakuan sistem pengendalian
persediaannya. Demikian halnya PT ATEJA TRITUNGGAL, dalam pengendalian
persediaan bahan bakunya, perusahaan ini menerapkan persediaan sistem batas dan
penyimpanan persediaan dengan metode FIFO. Hal ini terbukti dengan
diberlakukannya batas minimum dan batas maksimal persediaan dalam jurnal dan dalam
penyimpanannya, bahan yang pertama masuk selalu dikeluarkan pertama juga. Sistem
ini sudah dibakukan sebagai SOP.
Menurut saya, sistem ini sudah efektif dan
membawa dampak yang baik bagi perusahaan, dan sudah sesuai dengan teori Handoko
tentang jumlah penyimpanan persediaan yang tidak boleh kurang dan jangan
terlalu banyak.
3.2
Perlunya Sistem
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Sistem pengendaliaan
persediaan bahan baku sangat diperlukan di PT ATEJA TRITUNGGAL karena bagi
perusahaan ini persediaan memegang peranan yang sangat penting dalam kelancaran
produksinya. Tanpa persediaan, maka produksi dapat dikatakan tidak akan dapat
menjalankan produksinya tepat pada waktunya.
Menurut saya
pemberlakuan sistem pengendalian persediaan bahan bahu memang sangat
diperlukan, mengingat pentingnya persediaan itu sendiri dalam proses produksi. PT
ATEJA TRITUNGGAL menyadari dengan sungguh akan pentingnya persediaan yang
memiliki fungsi- fungsi sebagaimana dikatakan oleh ahli, Handoko.
3.3
Permasalahan yang
Timbul Bila PT ATEJA TRITUNGGAL Tidak Melaksanakan Sistem Pengandalian Persediaan
dan Cara Mengatasi Permasalahan Tersebut
PT ATEJA TRITUNGGAL
menerapkan persediaan sistem batas dan penyimpanan dengan metode FIFO dalam
pengendalian persediaan bahan bakunya. Bila perusahaan ini tidak melaksanakan sistem
pengendalian tersebut, maka hal yang terjadi adalah kelebihan persediaan dari
batas maksimal dan kurangnya persediaan dari batas minimum. Hali ini akan
menimbulkan masalah kerugian bagi perusahaan ini, seperti tertanamnya banyak
dana di perusahaan yang tidak dapat diputar untuk menutup keperluan lain,
keterlambatan produksi karena kurangnya bahan akibat persediaan terlalu minim,
dan rusaknya bahan baku karena tersimpan lama di gudang akibat tidak
mengeluarkan atau menggunakan bahan yang pertama masuk terlebih dahulu.
Untuk mencegah kerugian
yang lebih banyak lagi, PT ATEJA TRITUNGGAL memberlakukan kebijakan yang
menurut pendapat saya sudah sangat efektif, yaitu membakukan sistem pengendalian persediaan
bahan baku dalam SOP dan melakukan pengawasan yang lebih ketat. Hal ini sudah
sesuai dengan pendapat- pendapat para ahli mengenai kebijakan- kebijakan yang
mendukung jalannya perusahaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penyelenggaraan sistem pengendalian persediaan
bahan baku sangatlah penting demi kelancaran proses produksi. Dikarenakan bahan
baku merupakan unsur produksi yang sangat penting maka keberadaan persediaaan
bahan baku termasuk pengendalinnya harus diperhatikan. Tidak boleh berlebih dan
berkurang. Sebab, dengan persediaan bahan baku yang berlebih menimbulkan banyak
biaya yang tertanam dalam perusahaan yang tidak dapat diputar. Begitu juga
dengan persediaan bahan baku yang kurang selain akan menghambat proses produksi
juga kemungkinan akan menimbulkan biaya pembelian bahan akan membesar.
Dikarenakan pembelian tidak dilakukan secara normal yaitu lebih mahal dari
harga normalnya. Sehingga, hal ini juga akan menimbulkan biaya yang lebih besar
dan mengurangi laba perusahaan.
4.2 Saran
Sehubungan dengan penyelenggaraan
persediaan bahan baku hendaknya tiap manajemen perusahaan baik perusahaan besar
maupun kecil kiranya mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini agar proses
produksi dapat berjalan lancar dan pencapaian tujuan perusahaan khususnya laba
bisa tercapai, yaitu:
1.
Menetapkan sistem atau cara pengendalian
persediaan menjadi SOP bagian yang mengelolanya.
2.
Benar- benar harus mengawasi jalannya
kebijakan sistem pengendalian persediaan.
3.
Mencatat penerimaan dan pengeluaran persediaan
selalu dalam kartu persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus.
(1986). Manajamen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE
Handoko. (2000). Pengendalian
Produksi. Jakarta: Alpabetha
Heizer,Jay.
(2006). Operations Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
Rangkuti, Freddy.
(1996). Manajemen Persediaan. Jakarta: Rajawali Pers
Schoeder, Roger.
(1997). Manajemen Operasi. Jakarta: Erlangga
Warouw, Maudy. (1997).
Persediaan Barang. Jakarta: Salemba
Empat