Erik Arianto
Owner Erik Kaktus Indonesia,
Trainer dan Pembicara Muda Life Center Indonesia & Focus Persada
Salah satu hukum bisnis
menyatakan bahwa kualitas keuntungan tidak ditentukan oleh kuantitas aktivitas
bisnis. Tapi justru oleh kualitas transaksi. Karena, tidak sedikit orang
menciptakan banyak transaksi, namun kualitas keuntungan yang didapat tak
sebanyak jumlah transaksi yang diciptakan. Padahal apa yang kita inginkan
adalah transaksi sebanyak mungkin dengan keuntungan sebesar mungkin.
Transaksi adalah pelaksanaan
keputusan dealing tentang tawaran yang kita setujui dan
tawaran yang kita ajukan. Selanjutnya transaksi menciptakan harga (price of
value).
Pada dasarnya semua orang
sudah ditakdirkan hidup dengan ‘business of selling’. Terlepas apakah
ia pengusaha atau orang biasa. Karena takdir itulah, maka sebagian hukum alam
yang mengatur kehidupan ini adalah hukum untung rugi.
Dalam menyikapi hukum,
diperlukan kepemilikan sikap mental pengusaha (the entrepreneurship mental
attitude). Atau sosok yang bermentalitas ‘creating‘
dan bertanggungjawab atas resiko keputusan yang diambil, serta menerima resiko
sebagai pemilik.
Terlepas dari job title yang Anda sandang saat ini, maka Anda
adalah pengusaha dalam setiap keputusan yang Anda ambil. Karena Andalah yang
akan merasakan rugi dan untungnya. Dan setiap saat kita pasti menciptakan
transaksi dari tawaran kehidupan.
Hanya saja yang sering
membuat kita menderita kerugian, adalah keputusan transaksi yang tidak didukung
oleh mentalitas pengusaha. Banyak sekali komoditas peristiwa hidup yang
ditawarkan, tapi tidak kita ciptakan transaksi yang bertanggungjawab untuk
memiliki keuntungan dari kerugian atau dari keuntungan.
Walhasil, kita lebih sering
menjadi pengusaha yang rugi. Contoh paling ril adalah kegagalan. Baik terjadi
pada diri orang lain dan kita, atau disebabkan oleh orang lain atau kesalahan
kita sendiri.
Sebenarnya, peristiwa ini
adalah komoditas yang ditawarkan oleh kehidupan. Kegagalan yang kita alami,
sangat mungkin menjadikan kita rugi atau untung. Banyak pengusaha yang bisa
menjadikan kegagalan sebagai the
moment of truth untuk
membangun keuntungan. Sebaliknya, tak sedikit yang justru menjadikan kegagalan
hanya sebagai kegagalan, komoditas yang merugikan.
Watak Tawaran
Tawaran bisnis memiliki dua
watak yang menonjol: menarik (to attract), dan mendorong (to push).
Kalau Anda pergi ke mal, maka semua komoditas yang dijajakan sudah didesain
menarik dan punya daya tarik untuk menggoda kantong Anda. Demikian juga ketika
Anda mengunjungi lokasi pasar kaki lima (tradisional).
Meski teknik penjajaan
komoditas di pasar tradisional tidak didesain semenarik mal, tapi teknik rayuan
hingga gertakan pedagang, dapat mendorong Anda untuk membeli. Bahkan membuat
diri Anda seakan-akan bersalah kalau tidak membeli tawarannya.
Tidak berbeda dengan
komoditas hidup yang ditawarkan kepada Anda. Baik orang pintar atau orang
bodoh, bawahan atau atasan, terhina atau terhormat, pasti mendapatkan peristiwa
yang sama. Kegagalan, tantangan, dan kesulitan adalah tawaran yang
menarik/mendorong semua orang untuk berpikir negatif dan tidak mau bertanggung
jawab apalagi memilikinya. Seakan menjadi aib yang memalukan.
Perbedaannya adalah, apakah
Anda akan menjadikan semua peristiwa yang tidak diinginkan itu sebagai tawaran
yang perlu diciptakan transaksi? Atau Anda akan membayar langsung?
Ketika Anda membayar langsung
hanya karena dorongan (being pushed), atau terkesima oleh
godaan daya tarik (being attracted), maka kemungkinan
paling dekat adalah Anda tidak puas, atau Anda baru bisa mengakui barang yang
Anda beli tanpa transaksi itu berguna setelah barang itu lusuh. Orang terkadang
baru sadar, ternyata peristiwa yang tidak diinginkan bisa berguna setelah
peristiwa menelan banyak pengorbanan alias lusuh.
Penyebab Kerugian
Meskipun dunia ini terus
berubah, tapi tidak berbeda dalam satu hal: terjadi perbandingan yang
tidak seimbang antara jumlah populasi dunia yang beruntung dan merugi. Survei
yang diadakan Hartford Company menemukan bahwa dari 100 orang ternyata tidak
mencapai 20 orang yang dikategorikan beruntung.
Pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa kebanyakan kerugian transaksi kehidupan disebabkan oleh
hal-hal berikut:
1.Tidak tahu harga/nilai komoditas
Pengusaha yang tidak tahu
nilai komoditas akan membuat usahanya tidak untung, atau salah menilai harga
jual-beli komoditas.
2.Tidak tahu Indeks Pasar
Supaya transaksi bisa untung,
perlu dukungan data, informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang harga yang
berlaku bagi komoditas tertentu di pasaran. Demikian juga dengan diri kita.
Komoditas itu bisa bernilai
tinggi sehingga layak disebut aset utama tetapi ada yang bernilai lebih rendah
dari komoditas yang dimiliki oleh hewan.
3.Tidak menguasai hal teknis
Transaksi, baik dalam bisnis
apalagi transaksi harga peristiwa kehidupan, membutuhkan penguasaan teknis.
Mungkin bentuknya sangat variatif.
Ibarat seorang sopir. Kalau
hanya jasadnya yang mengendalikan kendaraan, maka armada secanggih apapun tak
akan bisa membantunya menghindar dari tabrakan.
Demikian pula dengan hidup kita.
Yang menentukan pada akhirnya bukan atribut eksternal, tetapi murni diri kita
sendiri.
Gergaji Kesuksesan
Supaya bisa menciptakan
transaksi yang menguntungkan, pembelajaran hidup yang perlu dijalani adalah
seperti dikatakan Covey: mengasah gergaji. Apa saja yang harus Anda asah?
Berikut ini urainnya:
1. Kepercayaan Diri
Pengusaha yang untung dalam
menciptakan transaksi umumnya cakap dalam mengungkap keunggulan komoditas
setinggi-tingginya, sehingga orang lain percaya. Tapi, kecakapan itu bukan
peristiwa dadakan (dramatic event), melainkan keahlian
yang diasah untuk menemukan keunggulan diri (negotiation skill), dan pengetahuan
menyeluruh tentang konstelasi komoditas.
Ketika Anda menerima
peristiwa hidup yang tidak diinginkan, maka untung-rugi sebuah transaksi
ditentukan oleh sejauh mana Anda percaya bahwa peristiwa itu berharga, dan
bahwa nilai yang dikandung di dalamnya bisa Anda gunakan. Kalau Anda tidak tahu
harga dan tidak tahu kegunaanya (keunggulan) maka tawaran yang Anda lakukan
tidak akurat alias banyak melesetnya.
2.Mentalitas
Belajar pada teori militer,
sensitivitas diri seorang prajurit dibentuk dengan menggembleng doktrin yang
membuatnya merasa “be” (menjadi). Ketika sudah merasa
menjadi, maka gampang untuk “know”, lalu menjalankan “do”.
Demikian pula dengan doktrin
pengusaha. Pertama kali adalah tanggung jawab atas resiko, kedua menerima
resiko itu dengan rasa memiliki.
3. Kendali
Gergaji ini berfungsi untuk
menjalani proses mengasah secara terus menerus. Kalau harus berhenti, niatkan
hanya untuk istirahat, bukan meninggalkan. Begitu Anda mendapat stimuli
merugikan, segeralah kembali pada predikat pengusaha dengan misi yang Anda
emban.
Tanpa mengasah secara terus
menerus, maka perubahan nilai komoditas, indek pasar dan penguasaan tehnis yang
Anda miliki, akan tertinggal perubahan dunia. Karena tumpul, akibatnya bisa
membuat Anda tidak ‘pede’ lagi ketika tawaran transaksi muncul.
Kesuksesan, seperti kata
orang, tidak sebagaimana jalan tol, melainkan tangga. Kalau Anda sudah berhasil
menapaki tangga pertama, logikanya Anda berpotensi kuat untuk menaiki tangga
kedua, ketiga dan seterusnya. Demikian pula, jika Anda sudah bisa menghasilkan
keuntungan sedikit, Anda pun punya potensi diri dan peluang untuk menciptakan
transaksi dengan keuntungan banyak, walau tidak langsung.
No comments:
Post a Comment