Sunday, January 27, 2013

BELAJAR SUKSES BISNIS DARI KEHIDUPAN

Erik Arianto

 

Owner Erik Kaktus Indonesia, Trainer dan Pembicara Muda Life Center Indonesia & Focus Persada
     Salah satu hukum bisnis menyatakan bahwa kualitas keuntungan tidak ditentukan oleh kuantitas aktivitas bisnis. Tapi justru oleh kualitas transaksi. Karena, tidak sedikit orang menciptakan banyak transaksi, namun kualitas keuntungan yang didapat tak sebanyak jumlah transaksi yang diciptakan. Padahal apa yang kita inginkan adalah transaksi sebanyak mungkin dengan keuntungan sebesar mungkin.
      Transaksi adalah pelaksanaan keputusan dealing tentang tawaran yang kita setujui dan tawaran yang kita ajukan. Selanjutnya transaksi menciptakan harga (price of value).
Pada dasarnya semua orang sudah ditakdirkan hidup dengan ‘business of selling’. Terlepas apakah ia pengusaha atau orang biasa. Karena takdir itulah, maka sebagian hukum alam yang mengatur kehidupan ini adalah hukum untung rugi.
    Dalam menyikapi hukum, diperlukan kepemilikan sikap mental pengusaha (the entrepreneurship mental attitude). Atau sosok yang bermentalitas ‘creating‘ dan bertanggungjawab atas resiko keputusan yang diambil, serta menerima resiko sebagai pemilik.
     Terlepas dari job title yang Anda sandang saat ini, maka Anda adalah pengusaha dalam setiap keputusan yang Anda ambil. Karena Andalah yang akan merasakan rugi dan untungnya. Dan setiap saat kita pasti menciptakan transaksi dari tawaran kehidupan.
     Hanya saja yang sering membuat kita menderita kerugian, adalah keputusan transaksi yang tidak didukung oleh mentalitas pengusaha. Banyak sekali komoditas peristiwa hidup yang ditawarkan, tapi tidak kita ciptakan transaksi yang bertanggungjawab untuk memiliki keuntungan dari kerugian atau dari keuntungan.
    Walhasil, kita lebih sering menjadi pengusaha yang rugi. Contoh paling ril adalah kegagalan. Baik terjadi pada diri orang lain dan kita, atau disebabkan oleh orang lain atau kesalahan kita sendiri.
    Sebenarnya, peristiwa ini adalah komoditas yang ditawarkan oleh kehidupan. Kegagalan yang kita alami, sangat mungkin menjadikan kita rugi atau untung. Banyak pengusaha yang bisa menjadikan kegagalan sebagai the moment of truth untuk membangun keuntungan. Sebaliknya, tak sedikit yang justru menjadikan kegagalan hanya sebagai kegagalan, komoditas yang merugikan.


Watak Tawaran

 

     Tawaran bisnis memiliki dua watak yang menonjol: menarik (to attract), dan mendorong (to push). Kalau Anda pergi ke mal, maka semua komoditas yang dijajakan sudah didesain menarik dan punya daya tarik untuk menggoda kantong Anda. Demikian juga ketika Anda mengunjungi lokasi pasar kaki lima (tradisional).
        Meski teknik penjajaan komoditas di pasar tradisional tidak didesain semenarik mal, tapi teknik rayuan hingga gertakan pedagang, dapat mendorong Anda untuk membeli. Bahkan membuat diri Anda seakan-akan bersalah kalau tidak membeli tawarannya.
      Tidak berbeda dengan komoditas hidup yang ditawarkan kepada Anda. Baik orang pintar atau orang bodoh, bawahan atau atasan, terhina atau terhormat, pasti mendapatkan peristiwa yang sama. Kegagalan, tantangan, dan kesulitan adalah tawaran yang menarik/mendorong semua orang untuk berpikir negatif dan tidak mau bertanggung jawab apalagi memilikinya. Seakan menjadi aib yang memalukan.
      Perbedaannya adalah, apakah Anda akan menjadikan semua peristiwa yang tidak diinginkan itu sebagai tawaran yang perlu diciptakan transaksi? Atau Anda akan membayar langsung?
     Ketika Anda membayar langsung hanya karena dorongan (being pushed), atau terkesima oleh godaan daya tarik (being attracted), maka kemungkinan paling dekat adalah Anda tidak puas, atau Anda baru bisa mengakui barang yang Anda beli tanpa transaksi itu berguna setelah barang itu lusuh. Orang terkadang baru sadar, ternyata peristiwa yang tidak diinginkan bisa berguna setelah peristiwa menelan banyak pengorbanan alias lusuh.


Penyebab Kerugian

   Meskipun dunia ini terus berubah, tapi tidak berbeda dalam satu hal: terjadi perbandingan yang tidak seimbang antara jumlah populasi dunia yang beruntung dan merugi. Survei yang diadakan Hartford Company menemukan bahwa dari 100 orang ternyata tidak mencapai 20 orang yang dikategorikan beruntung.
   Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan kerugian transaksi kehidupan disebabkan oleh hal-hal berikut:

1.Tidak tahu harga/nilai komoditas
Pengusaha yang tidak tahu nilai komoditas akan membuat usahanya tidak untung, atau salah menilai harga jual-beli komoditas.

2.Tidak tahu Indeks Pasar
Supaya transaksi bisa untung, perlu dukungan data, informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang harga yang berlaku bagi komoditas tertentu di pasaran. Demikian juga dengan diri kita.
Komoditas itu bisa bernilai tinggi sehingga layak disebut aset utama tetapi ada yang bernilai lebih rendah dari komoditas yang dimiliki oleh hewan.

3.Tidak menguasai hal teknis
Transaksi, baik dalam bisnis apalagi transaksi harga peristiwa kehidupan, membutuhkan penguasaan teknis. Mungkin bentuknya sangat variatif.
Ibarat seorang sopir. Kalau hanya jasadnya yang mengendalikan kendaraan, maka armada secanggih apapun tak akan bisa membantunya menghindar dari tabrakan.
Demikian pula dengan hidup kita. Yang menentukan pada akhirnya bukan atribut eksternal, tetapi murni diri kita sendiri.


Gergaji Kesuksesan

     Supaya bisa menciptakan transaksi yang menguntungkan, pembelajaran hidup yang perlu dijalani adalah seperti dikatakan Covey: mengasah gergaji. Apa saja yang harus Anda asah? Berikut ini urainnya:

1. Kepercayaan Diri
Pengusaha yang untung dalam menciptakan transaksi umumnya cakap dalam mengungkap keunggulan komoditas setinggi-tingginya, sehingga orang lain percaya. Tapi, kecakapan itu bukan peristiwa dadakan (dramatic event), melainkan keahlian yang diasah untuk menemukan keunggulan diri (negotiation skill), dan pengetahuan menyeluruh tentang konstelasi komoditas.
Ketika Anda menerima peristiwa hidup yang tidak diinginkan, maka untung-rugi sebuah transaksi ditentukan oleh sejauh mana Anda percaya bahwa peristiwa itu berharga, dan bahwa nilai yang dikandung di dalamnya bisa Anda gunakan. Kalau Anda tidak tahu harga dan tidak tahu kegunaanya (keunggulan) maka tawaran yang Anda lakukan tidak akurat alias banyak melesetnya.

2.Mentalitas
Belajar pada teori militer, sensitivitas diri seorang prajurit dibentuk dengan menggembleng doktrin yang membuatnya merasa “be” (menjadi). Ketika sudah merasa menjadi, maka gampang untuk “know”, lalu menjalankan “do”.
Demikian pula dengan doktrin pengusaha. Pertama kali adalah tanggung jawab atas resiko, kedua menerima resiko itu dengan rasa memiliki.

3. Kendali
Gergaji ini berfungsi untuk menjalani proses mengasah secara terus menerus. Kalau harus berhenti, niatkan hanya untuk istirahat, bukan meninggalkan. Begitu Anda mendapat stimuli merugikan, segeralah kembali pada predikat pengusaha dengan misi yang Anda emban.
Tanpa mengasah secara terus menerus, maka perubahan nilai komoditas, indek pasar dan penguasaan tehnis yang Anda miliki, akan tertinggal perubahan dunia. Karena tumpul, akibatnya bisa membuat Anda tidak ‘pede’ lagi ketika tawaran transaksi muncul.
Kesuksesan, seperti kata orang, tidak sebagaimana jalan tol, melainkan tangga. Kalau Anda sudah berhasil menapaki tangga pertama, logikanya Anda berpotensi kuat untuk menaiki tangga kedua, ketiga dan seterusnya. Demikian pula, jika Anda sudah bisa menghasilkan keuntungan sedikit, Anda pun punya potensi diri dan peluang untuk menciptakan transaksi dengan keuntungan banyak, walau tidak langsung.

 

 

No comments:

Post a Comment