Sunday, January 27, 2013

Perlunya Pengendalian Persediaan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin canggih. Sehingga persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat.
Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba atau keuntungan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah karena hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan perusahaan harus mampu untuk menangani faktor-faktor tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu mengenai masalah kelancaran produksi. Masalah produksi merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Apabila proses produksi berjalan dengan lancar maka tujuan perusahaan dapat tercapai, tetapi apabila proses produksi tidak berjalan dengan lancar maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Sedangkan kelancaran proses produksi itu sendiri dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan baku yang akan diolah dalam produksi.
Perusahaan manapun baik perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya.
Hal ini bisa saja terjadi karena tidak selamanya barang-barang atau jasa-jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti pula bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan sangat penting untuk setiap perusahaan baik yang menghasilkan suatu barang maupun jasa.
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting adalah sistem pengendalian persediaan. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu, dengan adanya persediaan bahan baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi/ pelayanan kepada konsumen perusahaan dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku.
Atas dasar inilah, maka saya melakukan observasi/ PKL dengan judul Perlunya Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT ATEJA TRITUNGGAL.

1.2              Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul laporan yang saya ambil, maka rumusan masalah yang dapat saya utarakan adalah:
1.                  Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku di PT ATEJA TRITUNGGAL?
2.                  Mengapa sistem pengendalian persediaan bahan baku diperlukan?
3.                  Permasalahan apa yang terjadi bila perusahaan tidak melakukan pengendalian persediaan dan bagaimana cara mengatasinya?

1.3              Maksud dan Tujuan Laporan
1.3.1        Maksud Laporan
Maksud dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaiakan program studi D3 jurusan Manajemen Administrasi Akuntansi di ASM Ariyanti.

1.3.2        Tujuan Laporan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1.                  Untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku di PT ATEJA TRITUNGGAL.
2.                  Untuk mengetahui perlunya sistem pengendalian di PT ATEJA TRITUNGGAL
3.                  Untuk mengetahui permasalahan yang timbul jika perusahaan tidak melakukan pengendalian persediaan dan cara mengatasinya.

1.4              Kegunaan Laporan
Kegunaan laporan ini secara langsung melibatkan tiga pihak, yaitu:
1.                  Bagi perusahaan          : sebagai masukan untuk kelancaran produksinya.
2.                  Bagi penulis                            : untuk dapat membandingkan antara teori dan praktek sistem pengendalaian persediaan yang berlaku di PT ATEJA TRITUNGGAL.
3.                  Bagi ASM ARIYANTI          : sebagai referensi perpustakaan.

1.5              Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1        Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun laporan ini, metode pengumpulan data yang saya gunakan adalah deskriptif. Dimana saya hanya menjabarkan dalam bentuk laporan, perlunya sistem pengendalian persediaan bahan baku di PT ATEJA TRITUNGGAL tanpa melakukan penelitian.

1.5.2        Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyusun laporan ini, teknik yang saya gunakan adalah teknik observasi yaitu terjun langsung ke lapangan yang didukung oleh wawancara dan studi kepustakaan Kegiatan ini dimulai dari menghimpun data- data persediaan, mengolah data yang telah terhimpun, membahas data tersebut dan kemudian menyimpulkan secara khusus.

1.6              Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
1.6.1        Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu pelaksanaan kegiatan observasi untuk menyusun laporan ini sampai selesai, berikut disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 1.1         Waktu Pelaksanaan

1.6.2        Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan observasi adalah PT ATEJA TRITUNGGAL, Jl Raya Batujajar KM 2.8 Ds. Laksana Mekar Padalarang, Bandung Barat 40561. Telp. (022)6866322, Fax (022)6866320, E-mail: ateja@ateja.co.id, Web: www.ateja.co.id.









BAB II
DATA DAN LANDASAN TEORI
2.1       DATA PT ATEJA TRITUNGGAL
2.1.1                Sejarah PT ATEJA TRITUNGGAL
                        PT ATEJA TRITUNGGAL berdiri di Bandung pada tahun 1974. PT ATEJA TRITUNGGAL didirikan oleh Bapak Subianto Tjandra. Sebagai presiden direktur sekaligus pendiri perusahaan, beliau telah menciptakan sebuah perusahaan yang menjadi salah satu pelopor yang memproduksi kain interior berkualitas ekspor. PT ATEJA TRITUNGGAL terletak di Jl Batujajar Km 2.8 Desa Laksana Mekar, Padalarng- Bandung Barat.
            Untuk meningkatkan kinerja dan hasil produksi yang maksimal serta mengembangkan pasar internasional, PT ATEJA TRITUNGGAL juga membina hubungan baik dan kerjasama secara teknis dengan perusahaan tekstil terkemuka di Jepang, Kawashima Textile Manufacturer, Ltd. PT ATEJA TRIRUNGGAL mendapatkan beberapa sertifikasi standarisasi internasional dan berbagai penghargaan nasional maupun internasional, serta secara regular melakukan ekspor ke lebih dari 55 negara di dunia.

2.1.2    Struktur Organisasi PT ATEJA TRITUNGGAL
            Sebagaimana layaknya organisasi, PT ATEJA TRITUNGGAL sebagai perusahaan yang cukup terbilang besar memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin. Adapun struktur organisasi yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut:


2.1.3    Uraian Tugas PT ATEJA TRITUNGGAL
            PT ATEJA TRITUNGGAL menjalankan produksi dengan mengerahkan tenaga kerja yang handal dan bertanggung jawab. Mulai dari jabatan yang paling tinggi sampai pada karyawan atau buruh, semuanya di seleksi sebelum akhirnya terjun ke dunia kerjanya. Secara garis besar, uraian tugas dari masing- masing pemegang jabatan adalah sebagai berikut:
1.                  President Director (Direktur Utama)
Direktur utama sekaligus pendiri PT ATEJA TRITUNGGAL adalah kepala dari semua pemegang jabatan. Direktur utama hanya mengawasi jalannya perusahaan.
2.                  Executive Director (Direktur Eksekutif)
Direktur eksekutif berada di bawah pemimpin utama. Pertanggung jawaban seluruh pekerjaan ada di tangannya. Ia yang akan melaporkan jalannya perusahaan kepada direktur utama.
3.                  Director Secretary (Sekretaris Direktur)
Sekretaris direktur merupakan penghubung antara pejabat- pejabat plant kepada direktur. Sebelum menemui direktur, pejabat- pejabat terlebih dahulu menghubungi sekretarisnya. Sekretaris juga bertugas memegang arsip- arsip dan skedul kerja direktur. Ia adalah orang yang selalu mengingatkan direktur apabila ada pertemuan- pertemuan di dalam atau pun di luar perusahaan.
4.                  HRD
HRD (Human Resource Department) yaitu bagian pemberdayaan manusia dalam hal ini tenaga kerja adalah departemen yang bertugas melakukan penyeleksian karyawan dan pelatihan kerja terhadap mereka. Bagian ini mengurusi kinerja karyawan dari tingkah laku, moral dan kedisiplinan.
5.                  Plant Manager (Manajer Produksi)
Manajer produksi adalah pemimpin yang mengawasi jalannya perusahaan secara langsung di lapangan. Pemimpin ini membawahi bagian- bagian yang berkaitan langsung dengan produksi, meliputi:
1.                  Product Development             : bagian produksi
2.                  Technical Engineering : bagian teknik/ mesin
3.                  Finishing                                 : bagian akhir suatu produksi
4.                  QCD                                       : bagian kontrol kualitas produksi      
5.                  PPIC                                       : bagian daministrasi di tiap bagian

2.1.4    Subjek- Subjek Laporan
2.1.4.1 Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT ATEJA TRITUNGGAL
            PT ATEJA TRITUNGGAL dalam mengendalikan persedian bahan bakunya menggunakan persediaan sistem batas dan metode penyimpanan sistem FIFO.
1.                  Persediaan Sistem Batas
Persediaan bahan baku di perusahaan ini selalu dicatat batas maksimal dan batas minimumnya. Batas maksimal dan minimum persediaan bahan bakunya adalah dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1         Batas Minimum dan Batas Maksimal Persediaan Bahan Baku PT ATEJA TRITUNGGAL
2.                  Penyimpanan Sistem FIFO
            Selain itu, dalam mengendalikan persediaan bahan bakunya, PT ATEJA TRITUNGGAL menerapkan sistem penyimpanan metode FIFO (First In First Out) yaitu setiap bahan baku yang pertama masuk harus pertama keluar. Hal ini bertujuan untuk mencegah bahan baku dari kerusakan dan mempermudah untuk pengeluaran barang.

2.1.4.2 Perlunya Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT ATEJA TRITUNGGAL
            Sistem pengendalian persedian bahan baku yang berlaku di PT ATEJA TRITUNGGAL sangat membantu perusahaan ini dalam menjalankan produksinya. Hal ini, terjadi karena beberapa faktor yang sangat berpengaruh penting, antara lain:
1.                  Persediaan bahan baku perusahaan ini didatangkan dari luar negeri, sehingga pemesanan dan pemenuhan persediaan ini tidak mudah dilakukan.
2.                  Orderan barang dari perusahaan lain datang sewaktu- waktu, sehingga stok persediaan harus benar- benar ada untuk menutup kemungkinan keterlambatan produksi karena pemesanannya yang jauh.
3.                  Dalam setiap produksi, PT ATEJA TRITUNGGAL menghabiskan bahan baku yang cukup banyak.

2.1.4.3 Permasalahan yang Terjadi Bila PT ATEJA TRITUNGGAL tidak Melaksanakan Sistem Pengendalian Persediaan dan Cara Mengatasinya
1.         Permasalahan yang Terjadi
            Walaupun sistem pengendalian persediaan bahan baku sudah lama dijalankan di PT ATEJA TRITUNGGAL, namun kesalahan masih saja terjadi. Seperti yang pernah terjadi di bagian gudang bahan PT ATEJA TRITUNGGAL. Suatu waktu bagian gudang bahan tidak memperhatikan jumlah persediaan yang ada dalam gudang. Jumlah bahan baku yang ada kurang dari batas minimum. Akibatnya timbul masalah yang membuat perusahaan tidak menjalankan produksinya. Masalah ini menimbulkan:
1.                  Kerugian perusahaan akibat tidak jalannya produksi, sementara upah karyawan produksi tetap harus dibayar.
2.                  Keterlambatan penyelesaian pesanan pelanggan yang mengakibatkan komplain dari mereka.
3.                  Terganggunya aktifitas bagian pembelian, karena secara mendadak harus segera membuat surat order pembelian.
Ketika persediaan melebihi batas maksimal, perusahaan juga mengalami kerugian yaitu tertanamnya banyak dana di perusahaan sehingga tidak dapat diputar untuk digunakan menutup keperluan lain
Dalam buku laporan gudang bahan pada bulan September 2012, perusahaan ini mengalami kerugian akibat rusaknya benang jenis cotton. Setelah diselidiki ternyata benang tersebut berjamur. Ternyata, terdapat kesalahan pemberian label pada benang, sehingga benang ini tidak dipergunakan lebih dulu.
2.         Cara Mengatasi Permasalahan
            Tidak dilaksanakannya sistem pengendalian persediaan bahan baku menimbulkan kerugian yang sangat berarti bagi PT ATEJA TRITUNGGAL. Perusahaan tentunya tidak mau bila hal ini terulang kembali. Maka untuk itu, perusahaan membuat kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, antara lain adalah:
1.                  Menetapakan batas minimum dan batas maksimal persediaan sebagai SOP.
2.                  Memeriksa dengan benar keluar masuknya persediaan bahan baku di gudang.
3.                  Mencatat saldo, bahan yang masuk, dan bahan yang keluar dalam kartu persediaan.
4.                  Menjaga gudang penyimpanan bahan baku benar- benar aman dari kelembaban udara, kebakaran, pencurian, dan hal yang tidak diinginkan lainnya.

2.2       LANDASAN TEORI
2.2.1    Sistem Pengendalian Persediaan
            Menurut Prawirosentono (2001:88), “persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.”
            Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi didalam organisasi yang terus-menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan baku dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan, pengawasan bahan meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan. (Supriyono,1999:400)
Sebagai kesimpulan, pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.
Setiap perusahaan mempunyai cara-cara yang berbeda dalam pelaksanaan persediaan bahan bakunya. Cara atau sistem pengendalian persediaan bahan baku merupakan tindakan yang sangat penting untuk menghitung berapa jumlah persediaan bahan baku yang harus tersedia serta kapan harus mulai mengadakan pemesanan kembali. Menurut Rangkuti, Freddy (1996:19) cara persediaan bahan baku yang dapat dipakai antara lain :
1.            Metode analisis ABC
2.         Metode pengawasan persediaan
3.         Persediaan dalam kondisi tidak tentu dan ada pemesanan kembali.
4.          Persediaan dalam kondisi tidak tentu dan tidak ada pemesanan kembali.
5.         Sistem persediaan just in time
Pendapat lain dikemukakan oleh Asyari, Agus mengenai sistem pengendalian persediaan yang sering digunakan perusahaan, yaitu :
1.         Persediaan sistem batas
2.         Persediaan sistem kotak
3.         Persediaan sistem visual
Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1.                   Persediaan sistem batas
Manajemen yang memakai cara ini akan menentukan besarnya batas minimal dan batas maksimal dari persediaan bahan baku yang dupergunakan dalam perusahaan. Persediaan bahan baku yang ada dapat dilaksankan secara periodik di dalam jangka waktu tertentu misalnya, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan seterusnya.
2.                  Persediaan sistem kotak
Persediaan ini tidak mengenal periode pemeriksaan kembali, oleh karena itu persediaan bahan baku ini akan langsung terlihat di dalam kotak yang dipergunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku. Dengan cara ini pembelian bahan baku akan dilakukan bila jumlah bahan baku di dalam kotak yang dipergunakan sebagai tempat persediaan bahan baku telah mencapai batas waktu tertentu.
3.                  Persediaan sistem visual
Persediaan visual merupakan suatu persediaan bahan baku dengan jalan mempergunakan kartu pengeluaran bahan yang berbeda. Dengan cara ini manajemen dapat mengetahui tingkat persediaan yang ada cukup dengan melihat warna dari warna kartu pengeluaran bahan yang dikeluarkan.

2.2.2    Perlunya Sistem Pengendalian Persediaan
Menurut Handoko (2000), bila perusahaan menamankan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “Opportunity Cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan”. Sebaliknya, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang cukup dapat mengakibatkan biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Perlunya sistem pengendalian persediaan bahan baku diberlakukan karena mengingat pentingnya persediaan. Persediaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam peranannya di dunia usaha. Adapun fungsi-fungsi persediaan menurut Handoko, Hani (1999;335) yaitu :
1.                  Fungsi Decoupling
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaaan produk yang tidak pasti dari pelanggan. Persediaan dapat digunakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperlirakan sebelumnya atau diramalkan disebut juga dengan fluktuation stock.
2.                  Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya - sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan “lot size“ ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan, karena perusahaan membeli dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan.
3.                  Fungsi Antisipasi
Persediaan memilki fungsi antisipasi terhadap fluktuasi pelanggan atau konsumen yang tidak dapat diramalkan berdasar pengalaman-pengalaman masa lalu atau permintaan musiman (seasional inventories). Karena perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock).
Menurut Warouw, Maudy (1997:477), elemen yang harus ada untuk menmdukung pengendalian yang baik atas persediaan adalah:
1.                  Perhitungan persediaan secara fisik dilakukan paling tidak satu tahun sekali, apapun sistem yang digunakan.
2.                  Menyimpan persediaan dengan baik, untuk menghindarkan persediaan dari pencurian, kerusakan atau karat.
3.                  Membeli persediaan sesuai ketentuan/ kebijakan masing- masing manajemen.
4.                  Membuat prosedur pembelian, penerimaan, dan pengiriman yang seefektif mungkin.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1              Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT ATEJA TRITUNGGAL
Masing- masing perusahaan memiliki asumsi yang berbeda dalam pengambilan kebijakan pemberlakuan sistem pengendalian persediaannya. Demikian halnya PT ATEJA TRITUNGGAL, dalam pengendalian persediaan bahan bakunya, perusahaan ini menerapkan persediaan sistem batas dan penyimpanan persediaan dengan metode FIFO. Hal ini terbukti dengan diberlakukannya batas minimum dan batas maksimal persediaan dalam jurnal dan dalam penyimpanannya, bahan yang pertama masuk selalu dikeluarkan pertama juga. Sistem ini sudah dibakukan sebagai SOP.
Menurut saya, sistem ini sudah efektif dan membawa dampak yang baik bagi perusahaan, dan sudah sesuai dengan teori Handoko tentang jumlah penyimpanan persediaan yang tidak boleh kurang dan jangan terlalu banyak.

3.2              Perlunya Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Sistem pengendaliaan persediaan bahan baku sangat diperlukan di PT ATEJA TRITUNGGAL karena bagi perusahaan ini persediaan memegang peranan yang sangat penting dalam kelancaran produksinya. Tanpa persediaan, maka produksi dapat dikatakan tidak akan dapat menjalankan produksinya tepat pada waktunya.
Menurut saya pemberlakuan sistem pengendalian persediaan bahan bahu memang sangat diperlukan, mengingat pentingnya persediaan itu sendiri dalam proses produksi. PT ATEJA TRITUNGGAL menyadari dengan sungguh akan pentingnya persediaan yang memiliki fungsi- fungsi sebagaimana dikatakan oleh ahli, Handoko.

3.3              Permasalahan yang Timbul Bila PT ATEJA TRITUNGGAL Tidak Melaksanakan Sistem Pengandalian Persediaan dan Cara Mengatasi Permasalahan Tersebut
PT ATEJA TRITUNGGAL menerapkan persediaan sistem batas dan penyimpanan dengan metode FIFO dalam pengendalian persediaan bahan bakunya. Bila perusahaan ini tidak melaksanakan sistem pengendalian tersebut, maka hal yang terjadi adalah kelebihan persediaan dari batas maksimal dan kurangnya persediaan dari batas minimum. Hali ini akan menimbulkan masalah kerugian bagi perusahaan ini, seperti tertanamnya banyak dana di perusahaan yang tidak dapat diputar untuk menutup keperluan lain, keterlambatan produksi karena kurangnya bahan akibat persediaan terlalu minim, dan rusaknya bahan baku karena tersimpan lama di gudang akibat tidak mengeluarkan atau menggunakan bahan yang pertama masuk terlebih dahulu.
Untuk mencegah kerugian yang lebih banyak lagi, PT ATEJA TRITUNGGAL memberlakukan kebijakan yang menurut pendapat saya sudah sangat efektif, yaitu  membakukan sistem pengendalian persediaan bahan baku dalam SOP dan melakukan pengawasan yang lebih ketat. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat- pendapat para ahli mengenai kebijakan- kebijakan yang mendukung jalannya perusahaan.

BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penyelenggaraan sistem pengendalian persediaan bahan baku sangatlah penting demi kelancaran proses produksi. Dikarenakan bahan baku merupakan unsur produksi yang sangat penting maka keberadaan persediaaan bahan baku termasuk pengendalinnya harus diperhatikan. Tidak boleh berlebih dan berkurang. Sebab, dengan persediaan bahan baku yang berlebih menimbulkan banyak biaya yang tertanam dalam perusahaan yang tidak dapat diputar. Begitu juga dengan persediaan bahan baku yang kurang selain akan menghambat proses produksi juga kemungkinan akan menimbulkan biaya pembelian bahan akan membesar. Dikarenakan pembelian tidak dilakukan secara normal yaitu lebih mahal dari harga normalnya. Sehingga, hal ini juga akan menimbulkan biaya yang lebih besar dan mengurangi laba perusahaan.

4.2       Saran
            Sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan bahan baku hendaknya tiap manajemen perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil kiranya mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini agar proses produksi dapat berjalan lancar dan pencapaian tujuan perusahaan khususnya laba bisa tercapai, yaitu:
1.                   Menetapkan sistem atau cara pengendalian persediaan menjadi SOP bagian yang mengelolanya.
2.                   Benar- benar harus mengawasi jalannya kebijakan sistem pengendalian persediaan.
3.                   Mencatat penerimaan dan pengeluaran persediaan selalu dalam kartu persediaan.



















DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. (1986). Manajamen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE
Handoko. (2000). Pengendalian Produksi. Jakarta: Alpabetha
Heizer,Jay. (2006). Operations Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
Rangkuti, Freddy. (1996). Manajemen Persediaan. Jakarta: Rajawali Pers
Schoeder, Roger. (1997). Manajemen Operasi. Jakarta: Erlangga
Warouw, Maudy. (1997). Persediaan Barang. Jakarta: Salemba Empat

















No comments:

Post a Comment